Senin, 24 April 2017

CONTOH KASUS TERAPI PERILAKU

Putra (14 tahun) merupakan seorang siswa yang mengalami sebuah gangguan emosional. ia mengalami kecemasan yang tidak terkendali ketika melihat atau berhadapan secara langsung dengan anjing, misalnya ketika ia ingin menyeberangi tempat yang ada anjingnya, maka Danny akan merasa cemas yang tidak terkendali, yang ditandai dengan perubahan fisiologis yang sangat cepat, seperti, detak jatungnya semakin kencang 2x lipat dan berkeringat.
Gangguan kecemasan yang ia alami merupakan proses pembelajaran, hal ini terjadi ketika ia masih kecil kira-kira berumur 18 bulan, saat itu ia sedang berada di dalam kereta roda (untuk anak-anak) kemudian secara tiba-tiba seekor anjing melompat kearahnya, meskipun anjing tersebut tidak menggigit, akan tetapi hal tersebut membuat Danny sangat takut. Semenjak dari peristiwa tersebut Danny mulai mempelajari sebuah kecemasan ketika menghadapi sebuah stimulus tertentu, yaitu anjing

Teknik teraphy

1.      Invivo
Konselor mencoba membawa konseli hadir pada situasi atau stimulus yang menimbulkan rasa takut dengan segera selama terapi berlangsung, dilakukan selama 1 jam atau lebih setiap sesinya, disertai pencegahan terhadap perilaku untuk menghindari atau lari dari situasi tersebut. Pada kasus-kasus dengan tingkat rasa takut yang sangat tinggi, flooding dapat dilakukan secara bertahap. Misal takut akan ketinggian, dimulai dengan mengajak konseli melihat ke jendela dari ruang lantai 1, lantai 2, sampai ke lantai 10.
2.      Imajeri
Stimulus yang menakutkan bisa dihadirkan juga dengan membayangkan, konselor akan membuat gambaran situasi yang semakin meningkatkan rasa takut dan semakin mencemaskan. Pengalaman konseli membayangkan tanpa disertai akibat yang dahsyat dapat menurunkan tingkat rasa takutnya, dan ia akan siap menghadapi situasi sebenarnya. Tetapi berdasarkan pendapat ahli, proses mengalami langsung lebih efektif. Teknik ini basa digunakan untuk kasus-kasus fobia, obsesif, psikotik. Teknik floodingdikembangkan oleh Stampfl (dalam Komalasari, 2011) dengan nama terapi implosif. Langkah-langkah terapi implosif adalah:
a.       Pencarian stimulus yang memicu gejala.
b.      Menaksir bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala-gejala membentuk perilaku konseli.
c.       Meminta konseli membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkan tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang dihadapi.
d.      Bergerak semakin dekat kepada ketakutan paling kuat yang dialami konseli, dan meminta konseli untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya.

e.       Mengulang prosedur tersebut sampai kecemasan tidak muncul lagi dalam diri konseli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar